Friday, July 09, 2010

File-file Cerita di Kepala

Sedang ada cerita dikepalaku. Aku memang belum menuliskannya. Dikepalaku sedang bergejolak-gejolak seperti medidih. Kau bisa memulainya dengan mengeluarkan file-file cerita itu dikelapaku. Kadang aku merasa tak berfikir ketika mulai menulis atau bercerita padamu. Terjadi begitu saja. Kepalaku bentuknya biasa saja seperti kebanyakan orang, sebenarnya masih belum jelas juga bagaimana persisnya kepalaku ini, aku memang sengaja menyamarkannya dengan menuliskannya seperti itu. Aku merasa sedang menulis sesuatu yang samar.

Seperti biasa, dikepalaku ada rambut yang warnanya hitam, kau juga, sebagaimana warna rambut yang umum di seluruh pelosok negeri ini. Aku pernah mewarnaninya dengan warna merah atau kuning, dengan warna itu di rambutku, ketika aku bercermin, aku merasa seperti tak mengenal diri sendiri. Aku juga jadi ingin tahu, sejak kapan aku mengenal diri sendiri. Tapi tak apalah, kadang rambut perlu diacak-acak, gaya rambut yang berlainan dari biasanya, misalkan gondrong kemudian botak, atau botak kemudian gondrong. Rambut panjang dan nanggung, lalu gimbal.

Aku rasa, aku akan memulai cerita ini dari sebuah rambut. Rambut yang tumbuh kemudian dengan sabarnya memanjang. Tapi rambut siapa yang akan kutulis? Aku harus merapikan file dikepalaku, mencari lagi rambut siapa yang cocok untuk dijadikan tokoh dalam cerita ini. Meski aku ingat potongan rambutmu, dan gayamu ketika nampang dengan rambut model begitu. Aku tak akan membahas model rambutmu dicerita ini, aku hanya menyisipkan sekilas di cerita ini, seperti angin, atau juga kendaraan yang lewat begitu saja di depan jalan ini, sekilas.

Jadi, aku masih mencari siapa itu rambut. “Hei, kawan. Cerita tentang rambut apalagi caramu bercerita, ah sudahlah, enyah saja!” tiba-tiba sisi lain dari diri ini, berkata seperti itu. Aku merasa diperhatikan. Aku merasa rambut-rambut ini bertambah dan bertambah panjangnya. Oya, sebelum menutup cerita ini, aku tak akan membuat rambut ini sepanjang yang kau kira. Biasa saja, masih dengan rambut yang nanggung, maksudnya tak terlalu panjang juga tak terlalu pendek.

“Dulu tak ada tukang cukur!” kata diri ini yang lain.

“Zaman batu maksudnya?” kata diriku yang ini.

“Enyah saja” masih kata diri ini.

“Dulu, kalau kepalamu sakit, kau akan dilubangi kepalanya!”

Entah dari mana aku mendapatkan informasi tentang kepala yang dilubangi. Bukankah itu mengerikan, dan sudah pasti membuat mampus seseorang. Aku segera mencarinya filer-filenya dikepalaku. Aku sepertinya sering mencari file di kepalaku. Sepertinya di tulisan ini, aku banyak mempromosikan file-file di kepalaku. Padahal, aku ingin rambut ini terbuat dari apa saja. Aku bayangkan api misalnya.

“Kepala ini seperti cendra mata”

“Lalu kau ingin membakarnya?”

Tentunya aku bukan seorang pemburu kepala, lalu menggantungnya di atap-atap rumah. Tempurungnya masih saja bergelayutan di atap rumah. Aku membayangkan, bagaimana para pemburu kepala itu membawa kepala dan menyimpannya di atap rumah, seperti hadiah. Aku bayangkan rambut-rambutnya di kelupaskan dari kepalanya. Waduh, pemburu kepala ya.

Aku tak melanjutkan lagi pemburu kepala itu. File-file di kepalaku tak mendukung untuk menuliskan yang lainnya tentang pemburu kepala. Jadi, aku saat ini menatap sebuah iklan sampo untuk rambut. Aku baru ingat, sampo ya untuk rambut, sesuai dengan petunjuk penggunaan di belakang botolnya. Kadang anjuran itu tak terlalu di tepati, kalau tidak ada sabun, terpaksa digunakan sampo itu untuk menggosok tubuh sebagai pengganti sabun. Kadang juga aku memakainya untuk cebok, ini sangat terpaksa sekali.

Setiap melihat iklan sampo itu, yang hanya kepala dan rambutnya yang tampak, aku jadi terbayang pemburu kepala. Tapi aku berusaha untuk tak melanjutkan bayanganku tentang pemburu kepala. Ini masih tentang iklan sampo itu, aku menyukai seseorang yang nampang di iklan itu, sepertinya juga semua orang suka dengan seseorang yang nampang di iklan sampo itu. Aku ingin saja meluaskannya menjadi iklan sabun mandi, aku baru ingat, judul seperti itu sudah menjadi sebuah judul di beberapa vcd bajakan di emperan atau kaki lima lainnya.

Tak jadi makanya, iklan sabun mandi itu kuhapus saja dari file di kepalaku. Sebenarnya tak benar-benar kuhapus, masih ada tersimpan di keranjang file-file yang dihapus dari kepalaku ini. Aku jadi mengingat rambut yang rontok dan seperti jagung. Padahal baru saja aku membahas tentang file yang dihapus, lalu begitu saja rambut-rambut rontok, lalu juga jagung. Aku ingin membakar jagung dan namanya menjadi jagung bakar. Rambut itu pun kubakar, jagung itu juga kubakar. Aku seperti menyantap jagung dan rambut. Kalau jagung dan rambut dimakan secara bersamaan, maka aku akan menunjukkan kepada koki jagung bakar dan berkata”Aku tak memesan rambut!” kemudian aku akan mengatakan juga setelah tiga kali menghirup nafas ”Ini rambutnya aku kembalikan”.

Tentunya aku akan memakan jagung bakar tidak dengan rambut yang disipakan koki itu. Aku memang merasa tak benar-benar memakan jagung. Aku masih terbayang oleh rambut itu, jadi rambut yang ada di iklan sampo itu, seperti menemani ketika aku membuat cerita ini, padamu tentunya.

“Aku ingin rambut ini indah seperti matahari”

“Kau akan menyiramnya dan menggelungnya?”

Rambut seperti matahari ya, aku jadi ingat percakapan itu, lagi-lagi aku suka berkhayal kalau saja rambut itu berapi, dan lagi aku mengulang-ulang akan menyiram. Percakapan antar diri. Membuatku takut akan ada lubang di kepalaku. Tadi di paragraf-paragraf awal, dulu, katanya lubang di kepala itu untuk mengobati sakit kepala. Aku rasa, aku akan memilih minum obat-obatan saja daripada kepala ini berlubang. Sayang sekali, diantara diameter lubang itu, tentunya kalau membuat lingkaran dengan jari-jari yang tak terlalu panjang dan lubang yang tak terlalu dalam, dengan begitu, aku merasa tak ada rambut yang tumbuh disitu.

Makanya, saat ini rambutku merasa agak tumbuh sedikit, lagi. Jadi, ini membuatku penasaran, kandungan apa yang ada di dalam iklan sampo itu. Aku sengaja mencari kandungan dalam iklan sampo, aku memang sedang tak mencari kandungan sampo. Rambut, kepala, wajah, senyum. Tentunya aku pun senyum kalau ada yang memberi senyum. Senyum ini memberiku rehat ketika menulis cerita ini, kubayangkan rambutnya dan senyum. Aku pun merasakan rambutku dan senyum.

Senyum, bisa juga harganya mahal ya, untuk beberapa orang. Tapi aku melihat, seseorang yang senyum nampang di iklan sampo itu senyumnya mahal, entah berapa harga yang dibayar untuk senyumnya, juga aku merasakan rambutnya mahal, harga rambut yang berbanding begitu saja dengan keberuntungan dan keberuntungan lainnya. Entah senyumku ini seperti apa. Tapi kau tentunya senyum, membaca cerita yang kutulis ini.

Sebenarnya aku ingin menata ulang. Apa saja. Bisa jadi file-file di kepalaku ini. Tapi ada beberapa cd yang numpang nyelip di koleksi cd program ini. Aku sedang memilah-milah, cd mana yang akan kugunakan untuk menata ulang file-file di kepalaku ini.