Thursday, February 22, 2007

Di Ruangan Maya

Telah lama kukenal dengan ruangan maya atau istilah asingnya cyberspace, bukan cybersex. Chat, email, situs dan sebagainya. Juga kutahu bahwa situs porno selalu keluar dan mengundang untuk diakses, begitu diklik, maka akan berhamburan keluar dan mengundangku untuk mengaksesnya. Coba saja. Dan akau akan disibukkan dengan link dari situs tersebut yang berhamburan ke situs porno lainnya, kuharap kau tidak kewalahan, atau bahkan kesal dan menutupnya.

Biasa saja, buka dan lihat dengan seksama. Produk lokal pun banyak dan berhamburan disana. Selalu ada versi di internetnya. Mudah diakses, tinggal mencari di warung internet terdekat atau kalau punya jaringan internet sendiri di rumah lebih mudah. Ya dapat diketahui juga bahwa ada yang hanya direkayasa saja gambar-gambarnya, juga ada yang asli, entah siapa yang bisa menyebarnya.

Tapi RUU tentang pornografi tidak terdengar lagi gaungnya. Padahal wacananya menyesak di media. Di jalanan. Terjadi pertentangan wacana pornografi tersebut. Antara pendakwah dengan pedangdut. Antara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wacana pornografi tersebut semakin meruncing. Namun setelah itu tertimpa lagi oleh wacana lainnya yang lebih menarik. Tenggelam, ditinggalkan, dan berlalu sehingga terlupakan. Atau memang sengaja dilupakan, seperti dengan mudahnya melupakan masa lalu bangsa yang kelam misalnya. Sejarah bangsa yang mengalami keretakan dan rekayasa. Ah, tapi kembali lagi ke dunia maya.

Bagiku email lebih penting dari situs porno itu, aku telah beberapa kali membuat email, awalnya tidak tahu bagaimana cara membuatnya. Tapi beruntung. Akhirnya bisa kupelajari, hingga dapat berkenalan pula dengan seseorang, beberapa orang, dan banyak orang. Bahkan Tego yang playboy (bukan majalah) menggunakan fasilitas ini untuk menggaet teman kencannya. Dia pernah melakukan one nigth stand (cinta semalam) yang tak pernah terlupakan.

Aku sadar, bahwa hanya pengguna saja, bukan programmer yang bisa mengerti seluk beluknya dunia maya, juga bukan hacker yang bisa mengobrak-abrik dunia maya. Pernah pula Roy menggunakan gambar porno untuk menghack situs ampus, rupanya para pengaman tahu. Lalu dicari Roy hingga kekostannya, dia dijadikan staf untuk keamanan situs, sungguh upaya yang tidak sia-sia. Entah apakah itu yang disebut sebuah politik identitas. Menunjukkan kekuasaannya.

Roy juga pernah menghack sebuah perguruan di luar negeri. Memesan sebuah jaguar dan tidak membawanya, jadi hanya memesan saja. Mengganti situs sebuah lembaga menjadi situs porno. Mengubah, dan banyak lainnya, bahkan mungkin ada yang lebih dahsyat dan belum pernah diceritakan padaku. Aktifitasnya terhenti oleh seorang master hacker yang bisa mengendalikan komputernya dari jarak jauh.

Aku suka juga dengan chat. Bisa bertukar pikiran tentang apa saja. Tapi aku tak pernah melakukan chat, tiba-tiba ia ada di sampungku, entah bagaimana rasanya seperti itu. Terkadang bisa menjadi laki-laki atau perempuan, disinilah batasan seksual menjadi kabur. Terkadang dengan menggunakan nama cewe_ ... maka berdatanganlah berbagai kata dan merasuk ke dalam ruangan chatku. Meski demikian, tak pernah terbersit melakukan kopi darat.

Tiba-tiba ada yang masuk di ruang chat,

ce_lembut_lho : asl pls

co_novelis : 24 m lmp u?

ce_lembut_lho : 19 f, lmp?

co_novelis : Lampung

ce_lembut_lho : bye

no such/nick channel

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_tembuspandang : salam revolusi

co_novelis : revolusi mbahmu

ce_tembuspandang : asu

co_novelis : muah

ce_tembuspandang : kontra revolusi kau

co_novelis : biarin

ce_tembuspandang : antek-antek imperialis

co_novelis : so what gitu lho

co_novelis : revolusi itu temanku

co_novelis : Asep Revolusi

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

co_hacker : Mau jadi hacker?

co_novelis : Tidak

co_hacker : Mau sih

co_novelis : Ya udah gimana?

co_hacker : Kukirimi lewat email aja

co_novelis : loser_radical@..........

co_hacker : Ntar baca di emailmu

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_kesepian : Aku kesepian

co_novelis : Aku juga

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_sabun : Ayo sabuni

co_novelis : Menyabuni apa

ce_sabun : Apa saja yang bisa kusabuni

co_novelis : Bagaimana kalau

ce_sabun : Boleh

co_novelis : Yang mana

ce_sabun : Yang mana-mana

co_novelis : Dari bawah ke atas

ce_sabun : Terserah

co_novelis : Dari tengah ke samping

ce_sabun : Terserah

co_novelis : Ah, cape deh

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_minum : Ayo kita minum-minum

co_novelis : Mabuk

ce_minum : Apalagilah

co_novelis : Wine

ce_minum : Boleh

co_novelis : Bagaimana sambil berpuisi

ce_minum : Malas ah

ce_minum : Hanya ingin merayakan sesuatu

ce_minum : Aku punya red wine

co_novelis : Aku punya minuman dingin bersoda

ce_minum : Tak apalah

ce_minum : Bersulang

co_novelis : Bersulang untuk apa

ce_minum : Kesedihan

co_novelis : Mengapa kau rayakan

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_filsuf : Kau ada

co_novelis : Ada

ce_filsuf : Dimana

co_novelis : Disini

ce_filsuf : Dimana-mana

co_novelis : Siapa kau

ce_filsuf : Kamu

co_novelis : Aku

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_genit : Setubuhi aku

co_novelis : Gila

ce_genit : Ayo

co_novelis : Bagaimana caranya

ce_genit : Terserah

ce_genit : Ayo, aku lagi melucuti pakaian

co_novelis : Satu persatu

ce_genit : Ini kubuka bajuku

co_novelis : Sudah cukup

ce_genit : Lihat ini, ayo

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

co_samaran : Rokku pendek lho

co_novelis : Apa

co_samaran : Boleh kau intip

co_novelis : Kau cowok bukan

co_samaran : Aku menyamar

co_novelis : Emangnye intel bisa samar-samaran

co_novelis : Takut aku

co_samaran : Nggak usah takut, santai aja

co_novelis : Tolong, aku diteror

co_samaran : Ssst, siapa teror kamu say

co_novelis : Apa, say?

co_samaran : Iya

co_novelis : Sejak kapan jadi sayanganmu

co_samaran : Barusan

co_novelis : Waduh kau ini

co_samaran : Aku makin sayang

co_samaran : Aku mau telanjang

co_novelis : Aku mau muntah

Ada yang masuk lagi di ruangan chat,

ce_baik : Kau suka pantai

co_novelis : Suka

ce_baik : Sedih kuingat

co_novelis : Pantai itu

ce_baik : Iya

co_novelis : Kenapa

ce_baik : Gelombang di laut itu

co_novelis : Kenapa dengan gelombang

ce_baik : Telah menghempaskan

ce_baik : Aku juga tidak suka dengan lumpur

co_novelis : Kenapa

ce_baik : Lumpur itu telah menenggelamkan

co_novelis : Apa yang telah tenggelam

ce_baik : Kebahagiaan

ce_baik : Rumah-rumah, perkampungan, tempat hidup

ce_baik : Kau harus merasakannya

ce_baik : Aku hanya bisa menangis

ce_baik : Lalu menggalang dana amal

co_novelis : Bagus kalau begitu

co_novelis : Aku tidak melakukan apa-apa

ce_baik : Kau harus melakukan sesuatu

co_novelis : Apa misalnya

ce_baik : Kau suka menulis

co_novelis : Sepertinya

ce_baik : Maka kau tuliskan

co_novelis : Iya juga

ce_baik : Ayo jangan tunggu

ce_baik : Tuliskan saja

ce_baik : Dan sebarkan ke mana saja

co_novelis : Ide bagus

co_novelis : Terima kasih

ce_baik : Sama-sama

ce_baik : Kau juga mau mendengar curhatanku

Waduh, apa aku internet addicted atau kecanduan internet. Tak nginternet, tak di ruang maya, badan menggigil, gelisah, was-was, jantung berdebar-debar, gelisah lagi, tak terkendali, perilaku buas. Mencari-cari warung buat nginternet, sakau. Kejang-kejang. Mengigau tentang email, situs yang belum dibuka, belum ngisi blog, belum ngirim pacar puisi lewat email, belum chatting, belum milis. Menggigil.

No comments: