Wednesday, October 04, 2006

Menghilang di Gerbang Cahaya

Dia menyertakan dirinya sebagai tanda pengabdian dan penyerahan
secara sadar. Dia, adalah seorang yang selalu diharapkan orang
orang, telah larut dalam gegap gempita isi dunia yang tidak
bersahabat. Menyudahi kesehariaan yang memanjang, dan, lambat
terdengar sederet bunyi kepasrahan. Pasrah akan penyerahan diri,
pada saat yang telah ditentukan.

Saat itu, ketika malam tak pernah berujung, kunjung tiba di ufuk
penglihatan. Terlihat penampakan seorang yang datang dari kegelapan
tak bercahaya, mendekat dengan langkah yang tak teratur, lambat
laun, agak cepat, berjalan serong kiri serong kanan seperti seorang
yang telah kehilangan keseimbangan. Namun, tidak, bukan itu. Raganya
berjalan, namun jiwanya melayang layang mengikuti arah kegelapan
malam.

Menuju ke arah tak pasti, dimana setiap cahaya yang dicari tak
pernah kunjung, karena memang, malam tak pernah berakhir. Selalu
saja kegelapan itu meraba. Pada siapa saja, bahkan yang telah
mengenalnya lama, tetap saja tak ada pengingkaran, selalu saja.
Malam tak pernah berakhir.

Dan ketika menuju lorong lorong yang semakin pekat, tak ada yang
mengikuti karena malam telah membutakan pandangan.

Hendak kemana kau wahai perindu yang selalu berjalan?

Aku hendak mencari setitik cahaya untuk melepaskan dahaga
pengetahuan yang tak tersudahi akibat ketidak tahuan akan acahaya
itu.

Bukankah selalu saja tak seorang yang menginginkan cahaya, karena
berbahaya bagi siapapun. Tak ada yang beranjak dari kursi cahaya
itu, selain mereka yang muncul dan akhirnya menghilang di cahaya
yang terang, dan tak seorangpun menjumpainya lagi. Sadarlah, lebih
baik kau urungkan niatmu, tak ada apa apa dalam pencarian cahaya,
karena hanya akan menemui hal yang tak berkesudahan, nikmatilah
malam ini, nikmatilah kegelapan ini, untukmu, untuk kita semua.

Tidak, aku akan menuju cahaya itu, dan menyeretnya kemari agar semua
menikmati cahaya itui, aku, kau, juga semuanya. Akan menikmati
cahaya yang kubawakan. Pasti.

Jangan, akan terjadi sebuah perubahan sosial, dimana tak pernah ada
yang menikmati cahaya, dan ketika kau bawakan cahaya itu, tapi
sepertinya tidak mungkin, namun meski kau bawa cahaya itu kemari dan
menerangi semuanya. Akan terjadi sesuatu, entahlah, namun yang pasti
akan terjadi sesuatu, camkanlah itu.

Dan ketika malam jaddah itu ingin diakhirinya dengan memaksa masuk
kearah cahaya yang lambat laun semakin dekat, disongsongnya dengan
berlari. Tak memperdulikan lagi, dimana terus disongsongnya setitik
cahaya itu yang semakin didekati semakin besar. Ada bebarapa kendala
ketika berjalan menuju cahaya itu, beberapa kali tersandung, namun
tak diperdulikannya semua itu, demi menuju sebuah cahaya.

Dan dia menghilang di gerbang cahaya yang orang orang disini tak
pernah berani untuk pergi kesana.



____________________
bumimanusia@yahoogroups.com
Fri, 17 Mar 2006

No comments: