Wednesday, October 04, 2006

Hening dan Senyap

Bayangan berkelebat, berkeliaran kesana kemari, senyumnya licik. Derap langkah tak terdengar namun jelas, sosoknya menggumpal dalam lembaran kelam. Bayangan menghentakan langkahnya ketika dalam juluran kegelepan. Hembusan yang menegakan kuduk tak lagi di tepis, karena bayangan itu membayang-bayangi. Ketika berbayang-bayang pun samar terlihat dan mengikuti, namun tak senada, perolehan yang tertumpah terpencar dan menyusur pelan-pelan, tapi munghkin dan pasti. Remang dalam ruang yang terhampar benih-benih kelam, dan temaram menyesatkan jejaknya untuk diikuti.

Kemudian, tak ada apa apa lagi disini dan tak ada yang bisa diharapkan. Makanan yang biasa kita makan raib, entah kemana. Kasih kasih yang dikisahkan pun ikut menghilang seperti uap embun yang melayang ke udara dan menjelma menjadi tak tampak.

Semua tak heran akan keadaan ini, karena telah diramalkan oleh para peramal yang dengan muka bersihnya namun lantang bahwa peristiwa ini akan terjadi. Dan kemudian telah dibukukan dalam kitab kitab yang sengaja untuk dipublikasiakan.

Tapi ketika itu, teman yang selalu menemani menjadi teman teman yang tak menemani. Belaian yang pernah disematkan dan mengurai rambut ini menjadi terlupakan dan semakin terlupakan dengan lajunya waktu. Kemudian bayangan itu selalu mengikuti kemanapun aku pergi, mengikuti dan mengikuti, dalam dan tak terhingga, sedalam lautan yang tak bertepi di tengah karang karang gelap dasarnya.

Dahulu, bayangan itu selalu bermuka manis dan penurut. Selalu mengikuti apa yang kami kerjakan, mereka mengikuti dengan persis gerakan demi gerakan. Dan, ketika itu bayangan bayangan itu mulai kebosanan, kemudian memiliki nyali sendiri untuk membangkang. Hingga perubahan itu tak terjadi secara drastis, bayangan bayangan itu mulai dengan mengikuti gerakan tapi menjadi lambat, tidak seirama dan sama persis, kemudian hari demi hari, tahun demi tahun, waktu demi waktu, bayangan bayangan itu mulai menunjukkan perubahan dan perilaku mereka pun berubah, menjadi tidak bersahabat.

Aku bergegas untuk melarikan tubuh ini dari bayangan yang menggentayangi, namun tak ada kawan yang menolong karena mereka sendiri terbujur, terkapar oleh pesona redupan bayangan bayangan itu. Sehingga, luapan emosi yang selalu disumbarkan ini tak berarti apa apa. Perlawanan yang diarahkan kepada bayangan itu selalu berakhir dengan kegagalan diri sendiri.

Makin dan semakin kebingungan, mengapa bayangan ini terus melekat. Semakin dalam menyelami kegamangan ini, kemudian tampak dan muncul lagi bayangan lainnya. Bayangan yang mengikuti ini bertambah dan menjadi dua, kemudian mereka menertawakan dan mengejekku, kadang kadang mereka berbisik di hadapanku sambil menyunggingkan senyum tanpa makna, sinis, dan berkata “aku telah hidup dan berpikir”

Akhirnya genderang perang kutabuhkan, senjata senjata pemusnah disiapkan. Aku siap untuk menumpasi bayangan itu, semakin tidak bisa diatur karena mereka mempunyai nyawa sendiri. Perlahan namun pasti, dipersiapkan dengan matang, strategi strategi cerdik dan tidak memandang rasa. Dengan menghalakan segala cara tentunya.

Bom bom dijatuhkan sehinggga membuat banyak kerusakan, senjata senjata diacungkan kemudian dibidikkan tepat sasaran seperti sniper yang ahli dalam menembak jitu, namun masih saja tidak tepat sasarn, melenceng. Malahan banyak yang terkena tembakan tidak sengaja, banyak orang menjadi mati konyol, tapi tidak ada kata maaf karena ketidak sengajaan ini, seakan berlalu adanya dan tak dipirkan lagi.

Hancur semua dan banyak yang musnah, juga orang orang yang tertembak tak dapat dikenali lagi satu persatu karena saking terlalu banyaknya yang bergelimpangan dan berserakan dimana mana, namun bayangan itu masih saja menampakkan dirinya dan semakin tertawa dengan lepas dengan ejekan semakin menjadi jadi. Hingga akhirnya, aku terpaksa berlari.

Aku berlari tak menoleh lagi ke belakang, apapun yang tertinggal biarkanlah, tak mengapa, karena aku terus berlari menghindari bayangan itu. Aku tak peduli apapun di depan, terus kuhadang, namun jalan lapang dan bersahabat yang kucari dalam pelarian ini. Ini bukanlah pelarian dimana seperti pengecut yang tak bisa menyelesaikan sesuatu kemudian lari untuk menghindari itu. Ini juga bukan lari seperti atlit yang berusaha untuk menjadi juara dengan slogan slogan sportifitas yang mereka junjung tinggi. Tapi pelarian ini juga bukan pelarian tanpa sebab yang tak kunjung arah rimbanya itu.

Kemudian aku teringat sesuatu, sebuah kitab kegelapan, dalam kitab kegelapan itu menyatakan semesta ini awalnya gelap tak berwarna lain kemudian ada terang. Ya, itu dia, aku akan menuju kegelapan, tempat hitam, kegelapanlah yang aku cari. Seperti pernah diajarkan padaku oleh guru yang mengajarkan kitab kegelapan dimasa kecilku dulu. Karena terang inilah bayangan itu menampakkan wujudnya.

Aku menuju tempat tergelap di kota ini, sangat jauh sekali setalah beberapa kali melewati puing puing dan reruntuhan kota yang tak dapat dikenali lagi dan tak tampak pula keindahannya seperti dulu karena memang telah musnah akibat serangan yang dilancarkan pada bayangan itu. Disinalah akhirnya, tempat tergelap yang tidak tersentuh oleh cahaya, dan memang bayangan itu perlahan menghilang seiring dengan tak adanya cahaya.

Hening dan senyap ketika bayangan bayangan yang selalu menyertai itu menghilang, dan raib tanpa meninggalkan sedikitpun pesan. Setelah sekian lamanya waktu bergulir, ada semacam kerinduan, umtuk mencandai dan ke dalam ingatan dimana bayangan itu mulai berada dengan wajah manisnya, menuruti setiap gerakan yang dilakukan dan tampak seirama. Apalagi ketika menari, seperti dahulu ketika menari dengan gelak tawa dan keriangan terlukiskan diwajahku dan teman teman. Bayangan itu itu ikut menari dan tampak gembira seperti halnya kami.

Dan waktu berjalan dengan iringan detikan yang berirama teratur, tiba tiba cahaya masuk ke tempat paling gelap ini, hingga akhirnya bayangan itu datang lagi, dengan membawa semakin banyak teman teman yang lainnya, tapi kini lebih menyeramkan. Tak seorangpun dapat menolongku kali ini. Dengan lirih aku berkata
“bebaskan aku”

No comments: